Cahaya Matahari

29 Oktober 2006…

03.15 Mules

07.30 Mules banget

07.45 Ke dokter

08.10 Diperiksa dokter, masih lama katanya.. aduh..

10.15 Mules 10 menit sekali, tapi kata dokter baru akan keluar Maghrib. Ya Allah...

12.15 Menangis.. mohon maaf pada suami.. mohon ampun pada Allah.. ada rasa takut tidak berhasil di perjuangan antara hidup dan mati..

15.15 Masuk kamar bersalin.. irhamna yaa arhamar rahimiin.. terus menerus ku ucapkan.. muntah berkali kali .. kata suster karena maag yang kronis.

17.01 Dokter meminta suster mengambil alat vacuum.. karena melihat aku kepayahan, tidak bertenaga karena muntah-muntah. Ya Allah tolong hamba-Mu ini...jangan sampai di vacuum..

17.05 Ku kerahkan tenaga.... ayo nak, berjuang bersama mami... Subhanallah!! si kecil meloncat keluar, bisa kulihat tubuhnya seperti terbang dan ditangkap suster.. dia menangis.. suamiku menangis.. Alhamdulillah ya Allah...

17.07 Si kecil langsung dibawa oleh suster, di bersihkan... tidak ada proses IMD – Inisiasi Menyusu Dini (yang pada akhirnya sangat aku sesali).. setelah ditimbang, diperlihatkan pada ku..bayi laki-laki yang mungil.. hanya sekilas.. indahnya ciptaan-Mu ya Allah.. terima kasih...

18.10 Ku tunggu dia, tapi tak kunjung datang.... akhirnya ku pindah ke kamar perawatan, dengan berjalan kaki (ini enaknya kalau lahiran normal ya..bisa langsung jalan sendiri).. tapi mana si kecil?

Keesokan harinya: Akhirnya dia datang juga.... Di kepalanya ada satu benjolan kecil, bekas alat vacuum yang tidak sempat menyedotnya dengan keras (karena keburu keluar). Ku namai dia PRADIPTA RADITYA, dari bahasa Jawa kuno yang artinya cahaya matahari. Dengan harapan bisa menerangi dirinya sendiri, orang tuanya, keluarganya, saudara-saudaranya, lingkungannya, bangsa & negaranya, dan agamanya..... seperti cahaya matahari....